e shtunë, 16 qershor 2007

SOEROBOEYO

Kawasan Surabaya tempo dulu begitu indah dan asri. Semuanya kini telah berubah drast. Tempat2 peninggalan tempo dulu jarang sekali dapat ditemui sekarang. Hanya beberapa saja yang masih bertahan meski dengan pemugaran untuk mempertahankan umur bangunan. Yang lain sudah menghilang ditelan modernsasi , semuanya telah berganti fungsi menjadi pendukung modernsasi.

Tempo dulu Surabaya banyak sekali para urban yang dating dan tinggal di perkampungan. Di era itu muncul dualisme ruang kota yang bersifat social-politis akibat pengembangan kota formal tidak menyentuh perkampungan. Akibatnya perkampungan selalu menjadi yang tertindas dalam kebijakan peremajaan kawasan dan pemekaran kota. Modus yang digunakan para developer yaitu mengalihkan fungsi lahan milik pemerintah di lokasi startegis atau mengusur kawasan perkampungan yang dianggap illegal hanya atas nama optimalisasi nilai lahan pusat kota. Hanya dengan mengatas namakan kemajuan kota, mereka dapat menguasai denagn mudah tanah2 milik penghuni perkampungan denagn harga yang juga murah. Konsep pembangunan terpisah dari laskap kota nyata, yang terus memicu kesenjangan social yang terus menajam.



Dulu maupun sekarang tetap saja sama. Para developer tetap menggunakan modus yang sama. Demi kemajuan ekonomi dan modernsasi Surabaya, tempat2 tempo dulu berubah jadi perkantoran dan pusat perbelanjaan. Hampir seluruh kawasan Surabaya penuh dengan pusat perbelanjaan mulai dari ruko sampai mall. Perkampungan semakin tersisih hanya demi alasan menarik investor banyak perkampungan yang dijadikan pusat perbelanjaan. Pemerintah hanay memikirkan ekonomi dan tak memikirkan bagaimana perkampungan Surabaya.” Kota berasal dari perkampungan, perkampungan berasal dari kumpulan penduduk” semua itu sudah tak berlaku lagi. Surabaya terlihat modern nan mewah tapi disisi lain surabaya sangat menyedihkan dan kumuh.


0 komente:

Posto një koment

Abonohu në Posto komente [Atom]

<< Faqja e parë